DNA Pejuang Mengalir Deras Dalam Darah Gustika Jusuf Hatta: “Presiden Penculik, Wakil Anak Haram Konstitusi”, Cucu Bung Hatta Berkabung

Tak hanya Presiden dan Wakil Presiden yang dikritik tajam, pembantu presiden, Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai pun tak luput dari sasaran sindiran pedas sang cucu Proklamator.

ToP PIQIR Oleh ToP PIQIR
12 Menit Membaca
Gustika Jusuf saat menjadi undangan dalam Upacara Detik-Detik Proklamasi. (Instagram @GustikaJusuf)

“Di hari kemerdekaan tahun ini, rasa syukur bercampur dengan keprihatinan atas luka HAM yang belum tertutup. Bahkan kini kita dipimpin oleh seorang penculik dan penjahat HAM, dengan Wakil anak haram konstitusi,”ungkapnya tanpa takut.

Ia tak peduli, walaupun tampak wajah sang putra penguasa di belakang foto yang dibagikan, ia tetap berani mengungkapkan rasa sakit bercampur duka yang mendalam.

Ungkapan kekecewaannya bukan tak beralasan. Presiden yang bertahta masa ini selalu dikaitkan dengan peristiwa pelanggaran HAM 98 dimana memakan korban jiwa yang tak sedikit.

Tak pernah ada kelanjutan dari pelaku yang terlibat, namun isitilah ‘Penculik dan Penjahat HAM’ seperti sangat sulit dipisahkan dari nama sang penguasa. Wapres yang mendampinginya dalam gelangang kontestasi politik pun dinilai krisis etika.

Sebab naiknya sang Wakil saat itu dalam ring pertandingan bukan karena lelah berjuang secara sehat, namun dinaikkan oleh sang Paman yang turut bertahta di gedung peradilan karena pengaruh sang Ipar, yakni Presiden yang menjabat.

Pakaian Kebaya Hitam, Simbol Sedih dan Berkabung

Kebaya hitam bermotif slobog bersimbol duka ia pilih sebagai kostum kala menghadiri undangan kehormatan lingkar kekuasaan. Khas tradisi filosofis yang tertanam di budaya Jawa, banyak hal memiliki makna tertentu.

Pakaian adat Jawa bermotif slobog yang dikenakan oleh sang turunan pahlawan ini menyimpan arti tersendiri. Slobog bermakna longgar atau terbuka, melambangkan pelepasan dan pengantaran.

Masyarakat biasanya memilih motif ini saat menghadiri acara duka. Dalam sebuah penampilan yang sederhana namun sarat makna, cucu Bung Hatta memilih tampil mengenakan kebaya hitam soblog ini bukan sekadar estetika, tetapi menjadi pernyataan sikap.

Di tengah hingar-bingar politik dan hiruk-pikuk wacana nasional yang sering kali abai pada nilai kemanusiaan, keadilan, dan nurani publik, busana itu hadir sebagai simbol duka mendalam atas sejumlah peristiwa yang melukai hati rakyat Indonesia.

Bagikan Artikel Ini
Tinggalkan Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *